Trust Issues

 Tau ngga?

      Dulu pas awal² kuliah dijogja, gua anti banget manggil kakak angkatan dengan embel² "mas", dan itu bertahan sampai semester 2. Ngga tau ya?!, Geli aja gitu manggil seseorang dengan sebutan "mas" karena, ya... It's feels really awkward because in my mind "that word" means you have a personal relationship toward them, padahal, deket sama kakak angkatan, satu pun takde. 

      Kalo disini, daerah gua, kata itu tu semacam panggilan "aa", not in sundanese ways, but betawian. Karena "aa" disini refer to kakak, it means you have a blood relation near or far, atau lu deket atau "deket" with that person.

       Kalo panggil "abang" mah biasa, toh gua pas SMA dipanggil abang. Dan dari dulu emang udah biasa "abang" digunakan untuk panggil pedagang kaki lima dan abang angkot, jadi konotasi "abang" itu not related to something personal or special. 

        Ngga penting sih, tapi jadi kepikiran, berarti gua dari dulu memang sudah membuat tembok untuk hubungan² baru. Bukan hanya in romantic way, tapi juga pertemanan apalagi persahabatan. I don't know, it's hard to build a relationship, because it's too personal at least for me. And I can't bound to any other people that easy.

        I found it hard to trust people, moreover it's someone new to me. Karena dari pengalaman gua, orang itu punya beberapa circle, dan fyi gua itu kalo udah nyaman sama orang, I'll throw my whole story to them. Nah, ngga tau ya, dari dulu gua suka nemu aja salah satu orang yg ember ke circlenya dia yg lain, tanpa memandang kita masih satu lingkungan, and I end up found some people know 'bout it. 

         Heyyy girl, I want you to keep it just for you, not to anybody else. Maybe that's why these days I keep everything to myself, especially something personal like what I feel toward someone or some people. Ya... I don't have that one girl that have every personal story about me. Having pijamas party with her or them, then talk about everyone's secret... Hmm.... Nah

         Tapi mungkin memang karena pembawaan guanya begitu dari dulu, ngga bisa pasang muka ramah sama orang baru, ngga bisa mulai pembicaraan. Intinya building social relationship itu kaya bikin candi, *berat cuy*. Sama keluarga aja udah kaya ngga ada adab *monmaap*. Entah karena gua dari kecil jarang dirumah, atau karena pernah dibully dan membully, atau sering merasa jadi *dan emang jadi* outcast dilingkungan gua, entahlah, jalan pikir gua emang suka beda sama yg lain dari kecil, makanya rasanya waktu dulu suka dipandang aneh sama orang. Tapi, di asrama gua belajar, emang jalan pikir orang beda-beda kok, dan gua bisa berteman dengan orang-orang yg ngga sepemikiran dengan gua, and it's normal.

         But, I might gonna "somehow" try to approach to have a partner of my life *urrggghh cringe*. Soale udah umurnya, nda tau ya, babeh sama emak gua takut gua jadi perawan tua kali ya?, karena saking jarang keluar kamar *wkwk*. Ngga deng, tapi emang gua membatasi diri untuk berinteraksi dengan lawan jenis juga, kan emang haditsnya cewek itu fitnah terbesar cowok *mungkin sebaliknya juga ngga sih?*. Maybe I'll try this year or next or next of next year. I don't know. Nobody knows when exactly we're gonna find someone right?. Wallahu a'lam...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25

Dull

Something to pursue